Kajian
dan Layanan Pendidikan Tunarungu meliputi hal-hal berikut :
I.
Hakikat
Ketunarunguan
a.
Tinjauan Tunarungu
Peninjauan
tunarungu dapat dilihat dari berbahai aspek :
1.
Ditinjau dari faktor
penyebabnya, misalnya hereditas/genetic, resus darah, penyakit toksow
(campak), rubella, hyperbilorobunta (Kuning), BBLR, premature, raidasi,
kimiawi,sipilis, herpes, dll
2.
Ditinjau dari derajat kehilangan
kemampuan/daya dengar diukur dengan alat yang disebut audiometer, macamnya
yaitu :
i.
Kurang dengar atau kurang dari 90 db
ii.
Tuli atau lebih dari 90 db
3.
Ditinjau dari letak kerusakan organ
pendengaran, yaitu :
i.
Konduktif (Penghantar) yaitu rusaknya
telinga bagian luar dan tengah
ii.
Perseptif yaitu rudaknya telinga bagian
dalam
4.
Ditinjau dari umur waktu terjadinya kerusakan pendengaran, yaitu
i.
Pre Language yaitu sebelum mengenal
bahasa
ii.
Post Language yaitu setelah mengenal
bahasa
b.
Pengertian Tunarungu
Anak
yang mengalami kehilangan kemampuan dengar yang meliputi seluruh golongan baik
ringan, sedang, berat, dan sangat berat, walaupun telah diberikan alat bantu
mendengar tetapi tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
c.
Berbagai reaksi atau perasaan orang tua yang memiliki anak
tunarungu dari pandangan ( KacKeith,
Dutton, 1998):
1.
Reaksi biologis berupa perlakuan
protektif.
2.
Reaksi menolak : menolak dengan sikap
dingin, dengan beralasan, tetap mengurus ABK tetapi tanpa kehangatan.
3.
Merasa kurang mampu memberikan
keturunan, depresi.
4.
Merasa dirampas karena kehilangan anak
yang diharapkan : rasa marah, depresi, menerima kenyataan tetapi di saat krisis
berantakan kembali.
5.
Terkejut, hilangnya kepercayaan diri
6.
Merasa bersalah
d.
Tata laksana pembinaan bagi tunarungu :
1.
Assesmen/Pengukuran
Dalam mengassesmen anak tunarungu sama halnya dengan mengasesmen anak
berkebutuhan khusus yang lainnya, yaitu dengan
i.
Asesmen Test
misalnya Test IQ (Psikologis)
ii.
Asesmen Non
Test misalnya observasi, wawancara, dll
2.
Diagnostik
Cara mendiagnostik bahwa anak terindikasi
ketunarunguan adalah dengan cara dideteksi dengan macam-macam alat deteksi
bunyi misalnya sengung, nasalitet, plosive, soun the s, spatel, sikat vibrator,
dll atau dengan diukur langsung dengan alat audiometer.
3.
Perencanaan
Dalam merencanakan program bagi anak tunarungu, dapat dilakukkan dalam 3
tahap, meliputi :
i.
Program
Intervensi Dini
ii.
Metode dan
pendekatan
iii.
Perencanaan
rujukan intra dan inter disiplin.
e.
Mendeteksi gangguan pada anak
Untuk
mendeteksi apakah anak mengalami ketunarunguan adalah dengan cara :
1.
Diukur dengan audiometer
2.
BERA (Braind Efox Respond Audiometer)
II.
Dampak
Katunarunguan
a. Dampak yang
ditimbulkan akibat adanya keturanguan yakni :
1.
Dampak primer, terdiri dari
i.
Tidak mengenal lambang
bahasa yang digunakan lingkungan.
ii.
Tidak memahami
aturan/sistem bahasa yang berlaku di lingkungannya.
iii.
Tidak menguasai media
komunikasi dalam bahasa tersebut.
2.
Dampak sekunder, terdiri dari :
i.
Miskin dalam kosakata
ii.
Terganggu bicaranya
iii. Dalam berbahasa dipengaruhi emotional/visual order
iv. Cenderung pemata
v.
Bahasa merupakan hasil interaksi mereka
dengan hal-hal yang konkrit
vi. Sifat egosentris > anak dengar
vii. Impulsif
viii. Sifat kaku (rigidity)
ix. Sifat lekas marah dan mudah tersinggung
x.
Memiliki perasaan ragu-ragu
xi. Memiliki sifat polos
xii. Sering berada dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa
b. Cara Mengatasi
Berbagai Permasalahan yang Timbul Akibat Ketunarunguan
1.
Hanya dengan memberikan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa.
2.
Berikan anak tunarungu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang
cukup agar dunia mereka menjadi lebih luas.
III.
Implementasi Dalam
Layanan Pendidikan Tunarungu
a. Implementasi
Dalam
implementasi di kehidupan nyata ATR membutuhkan orangtua,
pendamping yang tangguh untuk mendampinginya agar berkembang
optimal dalam kemampuan berbahasa
dan berkomunikasi.
b. Implikasi dampak ketunarunguan
dalam layanan pendidikan, yaitu :
1. Kompetensi berbahasa dan berkomunikasi sebagai
basis kompetensi yang lain.
2. Mengembangkan dan menerapkan kurikulum berbasis
bahasa dan komunikasi.
3. Pentingnya intervensi habilitatif/edukatif sejak
usia dini ( usia 1,6 tahun)
c. Proses
Perolehan Bahasa, dalam pemrosesan
bahasa ATR memperoleh pengetahuan dari :
1. Proses
mendengar
2. Proses
meniru
3. Proses mengingat
4. Proses
persepsi
d.
Mekanisme Pendekatan
Kommunikasi dan Perolehan Bahasa, terdiri dari :

e. Kurikulum Pendidikan Anak Tunarungu
Kurikulum yang tepat untuk pembelajaran ATR adalah Language
Across all Areas Curriculum (Kurikulum Lintas Bahasa)
f. Tahapan
pengembangan komunikasi persepsi
bunyi dan irama
1. Tahap
deteksi bunyi : a/o/u/e/i
2. Tahap
diskriminasi bunyi : membedakan macam-macam
bunyi
3. Tahap
identifikasi bunyi : bunyi apa yang
didengar
4. Tahap
komprehensi : komplek atau bersifat menyeluruh
C. KAITAN FILSAFAT PENDIDIKAN DENGAN
KAJIAN DAN LAYANAN PENDIDIKAN TUNARUNGU
Dalam
konteks dasar pemahaman ilmu filsafat pendidikan, bahwa ilmu tersebut mengarah
ke penguasaan emosi dan pikiran. Pola berfikirnya dengan cara berpikir kreatif
menggunakan logika dengan mempertimbangkan fakta empiris yang ada. Maka jika filsafat pendidikan dikaitkandengan kajian dan
layanan pendidikan tunarungu, muncul beberapa perspektif, meliputi:
I.
Pengkajian
Ilmu
Ilmu
yang dikaji merupakan ilmu yang diperoeh berdasarkan dengan melihat fakta
empiris yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Sependapat dengan Pearson yang memandang bahwa ilmu pengetahuan
itu belum sempurna, kareana ilmu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
Kurikulum yang tepat digunakan menurut Dr. Br. Bambang Nugroho adalah
Language Across all Areas Curriculum
(Kurikulum Lintas Bahasa)
II. Prosedur Pengamatan Metode
Pengamatan
metode dilakukan dengan prosedur berkembang pada pola pikir yang
diimplementasikan. Dalam implementasi di kehidupan nyata
ATR membutuhkan orangtua,
pendamping yang tangguh untuk mendampinginya agar berkembang
optimal dalam kemampuan berbahasa dan
berkomunikasi.
III. Nilai Kegunaan Dari Ilmu
Nilai
kegunaan yang terkandung dalam kajian dan layanan pendidikan tunarungu, yakni :
a. Dapat
meninjau ketunarunguan dari berbagai aspek
b. Dapat
mengetahui batasan tentang pengertian anak tunarungu
c. Dapat
mengetahui reaksi orang tua yang memiliki anak tunarungu
d. Dapat
mlakukan pembinaan yang tepat dalam menangani anak tunarungu
e. Dapat
mendeteksi gangguan pada anak
f. Dapat
mengetahui dampak yang timbul akibat ketunarunguan
g. Dapat mengatasi masalah yang terjadi akibat
ketunarunguan
h. Dapat
mengimplementasikan layanan dan pendidikan bagi anak tunarungu
i.
Serta dapat menerapkan kurikulum yang
tepat bagi anak tunarungu