twitter
rss

Kita Diciptakan Dengan Kemampuan Yang Berbeda


BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi fisik dan mental manusia pada umumnya berada pada rerata yang sama. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan beraktifitas dan sosialiasasinya. Akan tetapi di dalam keumuman tersebut terdapat orang-orang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat berupa pebedaan dalam aspek fisik, mental maupun keduanya. Seseorang yang mengalami perbedaan dalam hal mental dapat berupa kecerdasan yang diatas rata-rata ataupun dibawah rata-rata.
Orang yang mempunyai kecerdasan yang di bawah rata-rata orang pada umumnya dapat dikategorikan dalam banyak hal, salah satu diantaranya adalah down syndrome. Down syndrome merupakan suatu istilah medis yang menggabarkan keterbelakangan kromosom yang mengakibatkan keterbelakangan fisik dan mental.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Down syndrome merupakan suatu kondisi keterlambatan fisik dan mental anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromoson. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk memisahkan diri saat terjadi pembelahan diri.  Ke-abnormalan ini terjadi pada kromosom 21 extra atau translokasi kromosom 21.
Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada penyimpangan kromosom semasa konsepsi.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

B.     Faktor Penyebab
Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tetapi kehamilan ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Bagi ibu-ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom.

C.     Dampak Anak dengan Down Syndrome
1.         Penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.
2.         Sifat pada kepala, muka dan leher : Mereka mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol.
3.         Pada bagian wajah biasanya:
a.       Tampak sela hidung yang datar
b.      Pangkal hidungnya kemek
c.       Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam
d.      Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur
e.       Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur
f.       Paras telinga adalah lebih rendah
g.      Kepala biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bahagian depan ke belakang
h.      Lehernya agak pendek.
4.         Manifestasi mulut : gangguan engunyah menelan dan bicara.  scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuha gigi,  hypodontia, juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing
5.         Hypogenitalism (penis0, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan perkembangan pubertas
6.         Manifestasi kulit : kulit lembut, kering  dan tipis
7.         Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.
8.         Lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
9.         Pada sistim pencernaan kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
10.     Sifat pada tangan dan lengan mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Tapak tangan mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
11.     Tampilan kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak jauh terpisah dan tapak kaki.
12.     Mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi lembek dan menghadapi masalah lewat dalam perkembangan motor kasar.
13.     Mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon tairoid. Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
14.     Down syndrom mempunyai ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher yang menyebabkan berlakunya penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.
15.     Sebagian kecil mereka mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu leukimia.
16.     Pada otak penderita sindrom down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.

D.    Deteksi Dini
1.      Ultrasound Screening (USG Screening)
Kegunaan utama USG (juga disebut sonografi) adalah untuk mengkonfirmasi usia kehamilan janin (dengan cara yang lebih akurat daripada yang berasal dari siklus ibu haid terakhir). Manfaat lain dari USG juga dapat mengambil masalah-masalah serius dalam kondisi medis, seperti penyumbatan usus kecil atau kelainan jantung. Mengetahui terdapatnya kelainan ini sedini mungkin akan bermanfaat bagi perawatan anak setelah lahir.
Ahli medis dapat melihat kondisi fisik dari jani yang masih berada dalam kandungan. Dengan cara ini ahli medis dapat mengidentifikasi anak dengan down syndrome berdasarkan kareteristik wajah dan badannya.
2.      Amniosentesis
Prosedur ini digunakan untuk mengambil cairan ketuban. Sebuah jarum dimasukkan melalui dinding perut ibu ke dalam rahim, menggunakan USG untuk memandu jarum. Sekitar satu cairan diambil untuk pengujian. Cairan ini mengandung sel-sel janin yang dapat diperiksa untuk tes kromosom. Dibutuhkan sekitar 2 minggu untuk menentukan apakah janin sindrom Down atau tidak.
3.      Chorionic Villus Sampling (CVS) Chorionic Villus Sampling (CVS)
Jaringan diambil dalam jumlah kecil dari plasenta muda (juga disebut lapisan chorionic). Sel-sel ini berisi kromosom janin yang dapat diuji untuk sindrom Down. Sel dapat dikumpulkan dengan cara yang sama seperti amniosentesis, tetapi metode lain untuk memasukkan sebuah tabung ke dalam rahim melalui vagina.

E.     Pencegahan
1.         Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.
2.         Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.
3.         Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan.



BAB III
KESIMPULAN
Down syndrome merupakan suatu kondisi anak dengan keterbelakangan mental dan fisik yang disebabkan kelainan kromosom 21. Salah satu penyebab terjadinya down syndrome adalah karena faktor ibu yang saat mengandung sudah dalam usia di atas 35 tahun. Hal tersebut berdampak pada kondisi fisik anatara lain: kondisi wajah yang mirip dengan orang mongol atau sering dikatakan mongoloid, kondisi tulang yang lemah dan ruas jari yang pendek yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktifitas motorik yang berat, serta mengalami gangguan dalam mental yang menyebabkan mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual.



Daftar Pustaka
https://widypsikologi.wordpress.com/2010/02/18/pengertian-down-syndrome-penyebab-dan-pencegahannya/


Kajian dan Layanan Pendidikan Tunarungu meliputi hal-hal berikut :
I.          Hakikat Ketunarunguan
a.       Tinjauan Tunarungu
Peninjauan tunarungu dapat dilihat dari berbahai aspek :
1.        Ditinjau dari  faktor  penyebabnya, misalnya hereditas/genetic, resus darah, penyakit toksow (campak), rubella, hyperbilorobunta (Kuning), BBLR, premature, raidasi, kimiawi,sipilis, herpes, dll
2.        Ditinjau dari derajat kehilangan kemampuan/daya dengar diukur dengan alat yang disebut audiometer, macamnya yaitu :
i.           Kurang dengar atau kurang dari 90 db
ii.         Tuli atau lebih dari 90 db
3.        Ditinjau dari letak kerusakan organ pendengaran, yaitu :
i.           Konduktif (Penghantar) yaitu rusaknya telinga bagian luar dan tengah
ii.         Perseptif yaitu rudaknya telinga bagian dalam
4.        Ditinjau dari umur  waktu terjadinya kerusakan pendengaran, yaitu
i.           Pre Language yaitu sebelum mengenal bahasa
ii.         Post Language yaitu setelah mengenal bahasa
b.      Pengertian Tunarungu
Anak yang mengalami kehilangan kemampuan dengar yang meliputi seluruh golongan baik ringan, sedang, berat, dan sangat berat, walaupun telah diberikan alat bantu mendengar tetapi tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
c.       Berbagai  reaksi atau  perasaan orang tua yang memiliki anak tunarungu dari pandangan ( KacKeith, Dutton, 1998):
1.        Reaksi biologis berupa perlakuan protektif.
2.        Reaksi menolak : menolak dengan sikap dingin, dengan beralasan, tetap mengurus ABK tetapi tanpa kehangatan.
3.        Merasa kurang mampu memberikan keturunan, depresi.
4.        Merasa dirampas karena kehilangan anak yang diharapkan : rasa marah, depresi, menerima kenyataan tetapi di saat krisis berantakan kembali.
5.        Terkejut, hilangnya kepercayaan diri
6.        Merasa bersalah
d.      Tata laksana pembinaan bagi tunarungu :
1.        Assesmen/Pengukuran
Dalam mengassesmen anak tunarungu sama halnya dengan mengasesmen anak berkebutuhan khusus yang lainnya, yaitu dengan
i.           Asesmen Test misalnya Test IQ (Psikologis)
ii.         Asesmen Non Test misalnya observasi, wawancara, dll
2.        Diagnostik
Cara mendiagnostik bahwa anak terindikasi ketunarunguan adalah dengan cara dideteksi dengan macam-macam alat deteksi bunyi misalnya sengung, nasalitet, plosive, soun the s, spatel, sikat vibrator, dll atau dengan diukur langsung dengan alat audiometer.
3.        Perencanaan
Dalam merencanakan program bagi anak tunarungu, dapat dilakukkan dalam 3 tahap, meliputi :
i.       Program Intervensi Dini
ii.     Metode dan pendekatan
iii.   Perencanaan rujukan intra dan inter disiplin.

e.       Mendeteksi gangguan pada anak
Untuk mendeteksi apakah anak mengalami ketunarunguan adalah dengan cara :
1.        Diukur dengan audiometer
2.        BERA (Braind Efox Respond Audiometer)
II.       Dampak Katunarunguan
a.       Dampak yang ditimbulkan akibat adanya keturanguan yakni :
1.        Dampak primer, terdiri dari
i.           Tidak mengenal lambang bahasa yang digunakan lingkungan.
ii.         Tidak memahami aturan/sistem bahasa yang berlaku di lingkungannya.
iii.       Tidak menguasai media komunikasi dalam bahasa tersebut.
2.        Dampak sekunder, terdiri dari :
i.           Miskin dalam kosakata
ii.         Terganggu bicaranya
iii.       Dalam berbahasa dipengaruhi emotional/visual order
iv.       Cenderung pemata
v.         Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal-hal yang konkrit
vi.       Sifat egosentris > anak dengar
vii.     Impulsif
viii.   Sifat kaku (rigidity)
ix.       Sifat lekas marah dan mudah tersinggung
x.         Memiliki perasaan ragu-ragu
xi.       Memiliki sifat polos
xii.     Sering berada dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa
b.      Cara Mengatasi Berbagai Permasalahan yang Timbul Akibat Ketunarunguan
1.        Hanya dengan memberikan keterampilan berkomunikasi dan berbahasa.
2.        Berikan anak tunarungu kemampuan berbahasa dan berkomunikasi yang cukup agar dunia mereka menjadi lebih luas.
III.    Implementasi  Dalam  Layanan  Pendidikan Tunarungu
a.       Implementasi
Dalam implementasi di kehidupan nyata ATR membutuhkan orangtua, pendamping yang tangguh untuk mendampinginya  agar berkembang optimal dalam kemampuan berbahasa  dan  berkomunikasi.
b.      Implikasi dampak ketunarunguan dalam  layanan pendidikan, yaitu :
1.      Kompetensi  berbahasa dan berkomunikasi sebagai basis  kompetensi yang lain.
2.      Mengembangkan  dan menerapkan kurikulum  berbasis  bahasa  dan komunikasi.
3.      Pentingnya  intervensi habilitatif/edukatif  sejak   usia dini ( usia 1,6 tahun)
c.       Proses Perolehan Bahasa, dalam  pemrosesan bahasa ATR memperoleh pengetahuan dari :
1.      Proses mendengar
2.      Proses meniru
3.      Proses  mengingat
4.      Proses persepsi
d.      Mekanisme Pendekatan Kommunikasi dan Perolehan Bahasa, terdiri dari : 
e.       Kurikulum Pendidikan Anak Tunarungu
Kurikulum yang tepat untuk pembelajaran ATR adalah  Language Across all Areas Curriculum (Kurikulum Lintas Bahasa)
f.       Tahapan  pengembangan  komunikasi persepsi bunyi  dan  irama
1.      Tahap deteksi bunyi : a/o/u/e/i
2.      Tahap diskriminasi bunyi : membedakan macam-macam bunyi
3.      Tahap identifikasi bunyi : bunyi apa yang didengar
4.      Tahap komprehensi : komplek atau bersifat menyeluruh
C.    KAITAN FILSAFAT PENDIDIKAN DENGAN KAJIAN DAN LAYANAN PENDIDIKAN TUNARUNGU
Dalam konteks dasar pemahaman ilmu filsafat pendidikan, bahwa ilmu tersebut mengarah ke penguasaan emosi dan pikiran. Pola berfikirnya dengan cara berpikir kreatif menggunakan logika dengan mempertimbangkan fakta empiris yang ada. Maka jika  filsafat pendidikan dikaitkandengan kajian dan layanan pendidikan tunarungu, muncul beberapa perspektif, meliputi:
I.          Pengkajian Ilmu
Ilmu yang dikaji merupakan ilmu yang diperoeh berdasarkan dengan melihat fakta empiris yang terjadi dalam kehidupan  manusia. Sependapat dengan Pearson yang memandang bahwa ilmu pengetahuan itu belum sempurna, kareana ilmu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Kurikulum yang tepat digunakan menurut Dr. Br. Bambang Nugroho  adalah  Language Across all Areas Curriculum (Kurikulum Lintas Bahasa)
II.       Prosedur Pengamatan Metode
Pengamatan metode dilakukan dengan prosedur berkembang pada pola pikir yang diimplementasikan. Dalam implementasi di kehidupan nyata ATR membutuhkan orangtua, pendamping yang tangguh untuk mendampinginya  agar berkembang optimal dalam kemampuan berbahasa  dan  berkomunikasi.
III.    Nilai Kegunaan Dari Ilmu
Nilai kegunaan yang terkandung dalam kajian dan layanan pendidikan tunarungu, yakni :
a.       Dapat meninjau ketunarunguan dari berbagai aspek
b.      Dapat mengetahui batasan tentang pengertian anak tunarungu
c.       Dapat mengetahui reaksi orang tua yang memiliki anak tunarungu
d.      Dapat mlakukan pembinaan yang tepat dalam menangani anak tunarungu
e.       Dapat mendeteksi gangguan pada anak
f.       Dapat mengetahui dampak yang timbul akibat ketunarunguan
g.      Dapat  mengatasi masalah yang terjadi akibat ketunarunguan
h.      Dapat mengimplementasikan layanan dan pendidikan bagi anak tunarungu

i.        Serta dapat menerapkan kurikulum yang tepat bagi anak tunarungu